“PASTI D’Hati” | Jabatan PASTI Negeri Selangor
Oleh : Abu Fuhairah az-Zahid
PASTI Kawasan Sabak Bernam
Para sahabat dan salaf soleh sangat serius di dalam memilih guru yang baik bagi anak-anak mereka. Dalam hal ini mereka memberikan perhatian yang sangat besar.
Sebab, guru adalah cermin yang dilihat oleh anak sehingga akan membekas di dalam jiwa dan fikiran mereka. Guru adalah juga sumber pengambilan ilmu.
Begitu besar kaum salaf dalam hal ini, sampai-sampai mereka memberikan nasihat kepada anak-anak mereka agar mengambil adab sebelum mengambil ilmu. Masalah adab ini amat sangat diambil berat.
Sekiranya harus menempuh perjalanan jauh untuk menemui seorang guru yang shalih, maka ini pun tetap dilakukan dengan suka hati tanpa merasa berat.
Ibnu Sina dalam kitabnya, as-Siyasah, mengatakan, “Seperti yang dijangkakan seorang anak itu dididik oleh seorang guru yang mempunyai kecerdasan agama, piawai dalam membina akhlak, cakap dalam mengatur anak; jauh dari sifat ringan tangan (gampang memukul) dan dengki, dan tidak kasar di hadapan muridnya. Ia harus seorang yang cerdik dan mempunyai kehormatan, kebersihan dan kesucian”.
(Manhaj at-Tarbiyah an-Nabawiyah lit-Thifl, Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, hal.323)
Oleh karena itu, para pemimpin kaum muslimin berupaya mencarikan guru yang soleh buat anak-anak mereka.
Seperti Sulthan Murad II mencari guru yang soleh buat anaknya Muhammad al-Fatih, yaitu Sheikh Ahmad bin Ismail al-Kurani, guru pertamanya yang berhasil membuat revolusi pada diri al-Fatih kecil.
(Inspirasi dari Rumah Cahaya, Budi Ashari, hal.48)
Imam Mawardi menegaskan segera memilih guru yang baik dengan mengatakan, “Memang wajib besungguh-sungguh di dalam memilihkan guru dan pendidik bagi anak seperti kesungguhan di dalam memilihkan ibu dan ibu susuan baginya, bahkan lebih dari itu. Seorang anak akan mengambil akhlak, gerak-geri, adab dan kebiasaan dari gurunya melebihi yang diambil dari orang tuanya sendiri.
Sebab, waktu bergaul dengan gurunya lebih banyak dan waktu belajar juga lebih lama. Anak akan selalu meneladani gurunya dan juga tunduk kepadanya.
Dengan demikian, seorang guru dan pendidik tidak hanya terbatas pintar mengenai al-Qur’an, ahli tentang bahasa dan pandai dalam menampilkan syair; akan tetapi ia haruslah seorang yang bertakwa.
Menjauhi dosa-dosa, menjaga kesucian dan kehormatan, mempunyai akhlak yang utama, bersih hatinya. Mengetahui betul tentang akhlak para raja dan adab-adab mereka, serta paham mengenai pokok-pokok agama dan faqih.
Idealnya seorang guru itu mempunyai seluruh yang kami sebutkan di atas. Jika tidak, maka ia adalah seorang yang bertakwa serta pandai tentang ilmu agama dan fiqih”.
(Nasihah al-Mulk, Mawardi, hal.172)
Di zaman sekarang ini musuh-musuh Islam telah mempropagandakan salibisme yang penuh dengan kedengkian. Mereka mengangkat panji ateisme terkutuk untuk menghancurkan anak muslim. Mereka sengaja memilihkan guru yang kafir dan fasik buat generasi muslim, dan juga mendirikan sekolah modern yang menjauhkannya dari manhaj Allah dan syariat-Nya. Ini terjadi tidak lain karana kebodohan kaum muslimin dan juga merupakan bukti kuat dari kelengahan mereka.
Sheikh Muhammad Khadhar Husein, mantan Rektor al-Azhar, pernah memberikan peringatan dan nasihat kepada umat Islam seluruhnya dan juga menjelaskan kepada kaum ayah dengan mengatakan, “Siapa yang boleh menyiapkan untuk anaknya kehidupan yang baik dan menumbuhkannya secara baik pula, sehingga anak boleh tumbuh dengan hati yang sihat, lidah yang bersih, dan jujur kepada keluarganya; akan tetapi ia enggan untuk menempatkan anakanya di tempat semestinya, sehingga ia memilih menaruh anak-anaknya di lingkungan yang dikuasai oleh orang-orang yang senantiasa menghembuskan penyimpangan dan keburukan”.
(Al-Hidayah al-Islamiyah, Muhammad Khadhar Husein, hal.151)
Maka oleh karena itu, hendaknya ibubapa dan teliti dalam memilih guru yang soleh. Dan lembaga pendidikan yang baik, dimana di dalamnya diajarkan Islam yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah serta sesuai dengan pemahaman ulama salaful ummah (salaf soleh). Tidak mengikut kepada pendidikan Sekuler. Yang hari ini mendominasi dunia pendidikan khususnya di negeri ini. Jangan sampai sekolah berlabel Islam namun kurikulumnya mengikuti Yahudi.
Wallahu A’lam
22 September 2021 | 15 Safar 1443H
Lajnah Penerangan & Media Baru
Badan Perhubungan PAS Negeri Selangor